Minggu, Desember 30, 2007

SEBEL

Hari ini aku ke warnet. Uih sebel banget ternyata aku gagal lagi. Yah aku maklum kalo aku tidak lolos, soalnya PNS BPN gak masuk akal, dari sekian banyak (50 ribu) orang masak tidak ada tes lagi dan tiba - tiba diterima. Gak mungkin kan dari 50 ribu orang itu nilainya gak ada yang sama, pasti ada nilai yang sama bagusnya. Gimana cara mereka memilih dari sekian nilai 10 atau 9 misalnya jika jumlah itu melebihi 30 orang atau jumlah permintaan CPNS yang diminta. Aku kecewa dan sebel.

Rabu, Desember 26, 2007

MY GRANDMOTHER

Kasihan dia, dia sudah sangat tua. Masih ingat aku saat aku masih kecil, dia yang membantu kehidupan keluargaku, dia ibu dari almarhumah ibuku. Aku sayang padanya, dia yang melahirkan ibuku. Aku tahu dia sangat berjasa, hidupnya dari dahulu secara ekonomi tidak pernah bahagia, meskipun aku tahu kebahagiaan itu bukan cuma materi saja, dari sisi lain aku yakin dia bahagia meskipun kini anaknya tinggal satu orang yaitu tanteku yang kini tinggal bersamaku, meskipun aku terpaksa menempati rumah nenekku karena aku kasihan dengan suamiku, dia harus memarkir motornya di rumah tetangga alias titip untuk waktu yang tidak ditentukan, entahlah aku bingung bagaimana caranya aku bisa membuat garasi hanya untuk satu motor. Jangankan untuk motor parkir, rumah nenek sudah tidak bisa lagi untuk ruang tamu. Semua ruangan digunakan untuk ruang tidur, dapur dan kamar mandi.
Sebenarnya rumah itu bukan rumah sah nenekku, rumah itu rumah warisan dan masih dalam status sengketa, karena keluarga ayah nenekku yang meninggal sebelumnya tidak adil dalam pembagian harta dan kakak nenekku yang baru saja meninggal mengatasnamakan rumah itu atas nama dia dan dia tidak meninggalkan wasiat apapun agar anak-anaknya dan keluarga nenekku bisa hidup damai berdampingan.Sayang sekali tidak ada sepatah katapun.
Hingga kini nenekku selalu mengungkit - ungkit soal rumah itu, tanteku di suruhnya untuk mengurusnya agar dia mendapat hak atas rumah itu. Tapi tentu saja dengan cara yang salah karena nenekku bukan orang terpelajar dan sudah agak pikun. Dia Sekolah Rakyat saja tidak pernah, tanteku juga tidak lulus SD katanya dulu dia tidak punya biaya, andai saja dia sekolah dia pasti jadi orang sukses karena dia orangnya sangat rajin dan mau bekerja keras. Hampir setiap hari nenekku marah - marah ke tante, dia menyuruh tante untuk laporan ke RT kemudian lapor ke polisi agar bisa menguruh soal tanah dan rumah itu. Aduh nenek, itu bukan bidangnya pak RT dan polisi. Tapi nenek terkadang tidak mau tahu.
Entah kenapa dia sangat benci dengan keluarga Mbah Gani (Kakekku, juga adiknya nenek diatas). Air PDAM yang kami pakai sama soalnya kami masih dalam satu atas, hanya saja dibagi dua rumah itu (Duplex). Nenek marah - marah ketika orang sebelah (anak-anak kakek) ambil air di tandon air itu. Aku memberitahunya kalau kita bayar bersama dan mereka berhak mengambilnya. Dan Aku jelaskan air itu tidak akan mengalir kalau kita tidak bayar, jadi tidak ada mata airnya. Aduh nenek, sekali lagi dia tetep marah gak mau tahu.
Listrik di rumahku sering mati waktu itu, sekarang sudah diperbaiki. Nenekku marah lagi.
Dia minta Lampu minyak yang banyak agar rumah terang, dia bilang rumah gelap sekali lampunya kurang, padahal dari depan sampai belakang menurutku sudah cukup terang, aku tahu kalau nenek penglihatannya sudah berkurang, tapi memang nenekku begitu dikasih tahu sudah tua dan itu sudah biasa kalau penglihatannya memang begitu, orang yang masih muda saja yang sering dipakai matanya untuk melihat komputer banyak yang menderita minus dan pakai kacamata apalagi karena faktor usia.
Oh nenek, kasihan kamu, aku pun tidak bisa membahagiakan kamu di saat - saat kamu harus istirahat untuk berpikir kamu masih memikirkan kami karena memang kami belum punya rumah sendiri, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi kelak jika nenekku sudah tidak ada. Posisiku sangat lemah untuk mempertahankan rumah itu.
Aku berharap kelak sebelum nenekku pergi aku pengen dia tahu aku sudah punya rumah sendiri, anak yang lucu dan kehidupan ekonomi yang baik.

Terimakasih nenek, kamu salah seorang yang telah membuat aku bisa kuliah hingga Sarjana meskipun kamu tidak pernah menikmati sekolah.

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA

Bagi yang merayakan hari raya idul adha atau qurban, selamat ya. Aku kemaren juga ikutan. Idul Adha identik dengan mengurbankan atau menyebelih hewan ternak bagi umat Islam bisa berupa kambing, sapi, kerbau, dan unta. Tidak harus orang yang kaya yang mengurbankan hewan ternak tetapi bagi umat muslim yang mampu dan ikhlas sebagai tanda rasa syukur dan untuk lebih mendekatkan diri kita atau untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah S.W.T, Sang Pencipta alam semesta dan seisinya.

Rabu, Desember 19, 2007

APAKABAR TEMEN


Vi, ini kamu to? eh non kamu apakabar non? Kamu dimanakah? Lagi sibuk? Tau gak, orang yang gantiin kamu selalu saja suka makan. Yang sekarang lebih gile . Alias gak bisa berhenti makan, he ..he...sampai perutnya endut. Dia manggil dirinya "Mak'endut". He ...he...kalau dia baca website ini aku bisa ditenpeleng. Hua hua....

WISUDA SUAMIKU


Wisuda ke – 33 suamiku di Universitas Semarang. Ganteng kan. Aku lagi hamil 9 bulan.Anak pertamaku. Jadi inget anakku saat aku lihat foto ini. Dia telah pergi jauh.

SAAT KUTERHEMPAS GELOMBANG


KUTERIAK DALAM KALBU DI KEHENINGAN MALAM

DAPATKAH KUMENANGIS

SEBUAH BISIKAN

ANDAIKAN KUDAPAT MENGGAPAI MIMPI

SEBERSIT BAHAGIA

IMPIAN JADI NYATA

“DARE TO DREAM AND DON’T FORGET TO DANCE”

HANYA SEBUAH KIAS

AKU TELAH TERSANGKUT DI AWAN

HAMPA

LOLONGAN JIWA TAK ADA SPIRIT DALAM MENGGAPAI HIDUP

HANYA KAU TUHAN

DENGARLAH JERITKU

TETAPKAN LANGKAHKU

APAPUN YANG KAU GARISKAN

KUMAMPU MENERIMA DENGAN LAPANG HATI

DENGARLAH SUARA HATIKU

KEHENDAKILAH SEBUAH MIMPIKU KAN JADI NYATA

DAN KUJEMPUT IMPIAN ITU

SEMOGA KAU DENGAR OH TUHANKU

KUTAU OH TUHAN

KAU SANGAT SIBUK DENGAN SEGALA PERMOHONAN HAMBA2MU

KAU PILAH YANG PALING TAQWA DISISI MU

AKU TIDAK TAU DIMATAMU AKU INI

KUCOBA UNTUK SELALU PATUHIMU

KARENA AKU TAKUT

KARENA AKU SEORANG HAMBAMU

BUKANKAH DIMUKA BUMI INI, AKU MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

YANG DIUTUS UNTUK MENGEMBAN TUGASMU

MENGISI DUNIA DENGAN PENUH WARNA WARNI, UNTUK BERIMAN KEPADA MU, TAK SEBERAPA IMANKU TUHAN MAKA AMPUNILAH AKU

TUHAN

AMPUNILAH AKU, TAK PERNAH KUTAU NILAI APA UNTUKKU

SEMOGA KAU TAK PERNAH MARAH PADAKU DENGAN SEGALA YANG TERJADI

TUHAN

DISAAT KUSEDIH, KUGALAU, AKU TERHEMPAS KESAKITAN, AKU SELALU INGAT KAU, KUSEBUT NAMAMU. KUMOHON PERTOLONGANMU, SYUKURKU PADAMU ATAS SEGALA KARUNIAMU

TUHAN

BENARKAH AKU TAK PERNAH BERSYUKUR PADAMU

TEMANKU MENGATAKANNYA

AKU SELALU INGIN BERUSAHA BERSYUKUR

AKU SELALU INGIN BERUSAHA UNTUK BERSABAR

AKU SELALU BERUSAHA MENERIMA APA ADANYA

ITULAH MAKSUDKU BERSYUKUR PADAMU

SAMPAI AKU TAK BISA MEMIKUL LAGI BEBAN

SAMPAI AKU TAK KUASA BERPIKIR REALITA

SAMPAI AKU SULIT UNTUK BERNAFAS

SAMPAI NYAWA KU DIUJUNG PENGHABISAN

DAN AKU KEMBALI PADAMU

WAJAR BUKAN, JIKA TERKADANG AKU CURHAT DENGAN SEGALA KESULITAN HIDUP PADA TEMAN

WAJAR BUKAN, KALAU AKU BERUSAHA UNTUK BERJUANG AGAR SEMUANYA BAIK – BAIK SAJA

AGAR SEMUANYA APA YANG KUMILIKI CUKUP UNTUKKU DAN KELUARGAKU

AKU TIDAK BEGITU SUKA GEMERLAP DUNIA

TAPI AKU SUKA KEINDAHAN CIPTAANMU

AH, BIAR SAJA ORANG BICARA APA.

AKU HANYA PERCAYA HATIKU, DAN ENGKAU YA TUHAN

SEMUA KESEDIHAN YANG ADA

HIKMAH UNTUKKU

TERIMAKASIH TUHAN

SEMOGA KAMU TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKANKU

SAMPAI KU BERTEMU LAGI DISANA DENGANMU DAN ANAKKU SERTA KELUARGAKU DISANA

CINDERELLA

Long ago and far away, there was a widower who had a young daughter named Ella.

One day, the widower introduced Ello to a lady with two daughters.”This lady and I are to be married tommorrow. She will be your stepmother. And these are your stepsisters, Hilda and Gilda,”said Ella’s father.”Sadly, I must leave on a long trip right after the wedding.”

Ella was very surprised. But she was so sweet and good she welcomed her new family.”I shall see to whatever they need, Father”,Ella promised.

Ella worked hard to make everyone happy. Her stepmother always had a chore for Ella. As for Hilda and Gilda, they played, rested, and ate sweets all day.

“My daughters are too delicate for common housework,” said Ella’s stepmother. “They are fine young ladies, sure to marry royalty.”

Ella worked long into the night, sitting down to a plain supper many hours after everyone else had gone to bed.

Even though Ella did all she could to please her stepsisters, they often teased her cruelly.

One day, Hilda said to Gilda, “Look at her gathering cinders from the fireplace. Let’s call her Cinderella!”

That afternoon, a royal messenger came to the door with an invitation to the prince’s ball.

“Whatever shall we wear?” cried Gilda.

Hilda, Gilda and their mother dressed in their finest clothes.

“What shall I wear? Asked Cinderella.

“You were not invited!” cried her stepmother.

In truth, Cinderella had been invited, but her stepmother knew that if Cinderella went to the ball.

The prince would never look at Hilda or Gilda, who were somewhat homely and not very nice.

Cinderekka did not trust her stepmother's word. She went to check the invitation, but found it had already been burned in the fire.

That night, Cinderella sat in her room, sadly thinking about the ball."How I wish I could go," she sighed.


"And so you shall!" said a voice. To Cinderella's amazement a fairy appeared from out of nowhere.

"I'm your Fairy Godmother", said the fairy. "I've come to grant your wish."

She led Cinderella out into the yard. With a wave of her wand, the fairy changed a pumpkin into a golden coach and four white mice into fine white horses.

Two salamanders became handsome coachmen.

"That's wpnderful," Cinderella gasped."But Fairy Godmother, I have nothing to wear."

The fairy smiled and waved her wand once more.

Cinderella looked down and found herself wearing a beautiful ball gown. There were jewels in her hair, and on her feet were a pair of tiny glass dancing slippers."thakyou, Fairy Godmother!" Cinderella cried.

"You must leave the ball before midnight!" the fairy warned."The magic will alst only until then!"

Cinderella promised she would, and off she went to the ball.

Everyone at the ball noticed how the prince gazed at the bautiful stranger and how he danced with no one else for the rest of the night. Nobody knew it was Cinderella.

Suddenly, the clock struck twelve! Cinderella ran from the palace as fast as she could. The prince followed, but Cinderella disappeared into the night before he could catch up to her.

In her haste, Cinderella lost one of her glass slippers. The prince found it and picked it up. Cradling the tiny shoe in his hands, he said, "If I must search the kingdom ten times over, I will find the beautiful lady who fits into this slipper. When I do, I will marry her, for she is the most wonderful maiden I have ever met!"

The next day, the serach for the prince's true love began. Every home in the Kingdom was visited......adn every maiden, including Hilda and Gilda, tried to squeeze her foot into the glass slipper. The shoe was so tiny, no one's foot could fit inside.

As he prince's men were leaving Cinderella's home, they saw her working in the garden.

"Why she's just a common servant", lied her stepmother.

"Surely you don't mean to have her try. She didn't even attend the ball!"

The prince's men insisted that Cinderella try on the slipper.

It fit perfectly.

While Hilda, Gilda and her stepmother shrieked in outrage, Cinderella was led out of the house and away to the castle.

Cinderella and the prince were married, and lived happily ever after.

Jumat, Desember 07, 2007

Kendal

Hai guys, ini diaryku.Terkadang aku merasa sangat putus asa kenapa kebahagiaan tidak pernah memihak padaku. Tadi malam jam 9 aku bolak balik semarang kendal , kendal semarang.
ayahku sakit.

Kamis, November 29, 2007

syereem apa gak sih

Ayah ke makam ibu hampir tiap malam, itu kata tetanggaku.Aku sudah tidak bisa mengawasinya, aku hanya bisa berdoa semoga semua baik - baik saja disana.Dia bercerita "Aku ditemui makhluk Jin, 3 orang, 2 orang laki - laki berjubah dan 1 orang menyerupai ibu dengan memakai kerudung tertutup rapat.Mereka menginginkan untuk mengikuti ayahku. Aku tidak pernah tau, itu benar - benar sejenis jin atau setan, karena dia bertemu di area pemakaman di malam hari. Wajar saja kalau banyak yang bergentayangan di sana. Pagi dan sore aja suasana sangat sunyi dan membuat bulu kudu berdiri apalagi di waktu malam.
O ayah, betapa dia ingin selalu ada dekat makam ibu, seakan dia bisa merasakan kehadiran ibu kembali. Aku tidak bisa berharap terlalu banyak, hanya dia yang bisa berusaha untuk bangkit kembali. Aku tau ayah terpukul ketika kehilangan pekerjaannya, kemudian nenekku tempat penopang hidup ayah dan kami karena dia punya pensiunan dari Mbah Kaji, dan ibu yang selalu memberikan semangat untuk bangkit. Kini semangat itu seperti hampir pudar karena tidak ada air yang kini kering tak berbekas.

SAAT KUINGAT KAU

21 Juni 1957 tepatnya, seorang bayi perempuan lahir. Itulah kelak aku akan terlahir juga darinya. 21 tahun kemudian dia menikah dengan seorang pemuda di kota Kendal.
Pernah kuingat kisahnya, dia selalu mengutarakan maksudnya. "Tin, kamu harus jadi orang, jangan seperti aku dan ayahmu. Kalian semua anakku, aku dulu malah memilih menikah padahal kakekmu ingin menyekolahkan aku di SPG (Sekolah Pendidikan Guru), aku sempat masuk sebentar lalu melarikan diri ke Semarang" tuturnya setiap kali kita bercengkerama bercanda gembira waktu itu. Kakekku dulu tinggal dengan istri mudanya di kota Pati, mereka baik padaku.
Yah, selama 48 tahun dia ada, ingatkan aku kembali. Dia sebenernya masih muda, yah tapi apa daya.Keadaan membuatnya jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Aku tidak pernah tau kenapa aku tidak pernah bisa membuatnya jauh lebih baik.Kutemui dia tiga bulan sebelum dia pergi jauh bertemu dengan - Nya. Tak ada sepatah katapun, aku sendiri tidak pernah tau, kenapa harus seperti itu. Tak seorang pun memberitahukanku saat dia pergi, hingga samar kulihat sekejap mata, dia menemuiku di Rumah Sakit Kariadi Semarang ketika aku sudah diperbolehkan untuk keluar setelah melahirkan anakku, Adel. Dia duduk di kursi tempatku berbaring. "Tadi kok aku seperti melihat ibu, ada apa dengan ibu."kutanya suamiku.
Tak ada jawaban. Hanya tatapan mata kemudian dia mengalihkan pembicaraan, entah apa waktu itu. Sabtu sore itu memang aku pulang, sebenarnya tujuanku ke Candi, tempat nenek tapi bude dan nenek masih di kendal, jadi tak seorangpun bisa kuminta tolong kecuali mertua, itu sebenarnya harapanku karena aku masih awam soal bayi.
Sabtu malam ketika anakku tidur, suamiku mengajakku ke ruang tidur kami, dia langsung memelukku, jangan bersedih sayang, mungkin ini takdir Tuhan. Ibu telah pergi untuk selamanya."
Aku tidak tau harus bagaimana, perasaanku bercampuraduk, setelah bahagia tak terkira aku memperoleh seorang bayi yang cantik, kini sedih sekali. walaupun Dia juga mengambil kembali anakku. Habis sudah kebahagiaan ini. Saat itu kupikir tak ada kebahagiaan lagi. Semuanya nenekku, ibuku, Adel anakku. Telah pergi.

Ibu, semoga kau bahagia bersama Tuhan dan anakku (Adel) serta nenek, Pakde, Mbah Kaji, dan Mbah Slamet. Mungkin kelak akupun akan menyusulmu. Kini aku berusaha memupuk asa dan semangat hidup karena Tuhan masih menginginkanku untuk tinggal menemani suamiku dan keluarga disini. Semoga aku bisa sangat berguna untuk mereka.Terimakasih ibu.