Kamis, November 29, 2007

syereem apa gak sih

Ayah ke makam ibu hampir tiap malam, itu kata tetanggaku.Aku sudah tidak bisa mengawasinya, aku hanya bisa berdoa semoga semua baik - baik saja disana.Dia bercerita "Aku ditemui makhluk Jin, 3 orang, 2 orang laki - laki berjubah dan 1 orang menyerupai ibu dengan memakai kerudung tertutup rapat.Mereka menginginkan untuk mengikuti ayahku. Aku tidak pernah tau, itu benar - benar sejenis jin atau setan, karena dia bertemu di area pemakaman di malam hari. Wajar saja kalau banyak yang bergentayangan di sana. Pagi dan sore aja suasana sangat sunyi dan membuat bulu kudu berdiri apalagi di waktu malam.
O ayah, betapa dia ingin selalu ada dekat makam ibu, seakan dia bisa merasakan kehadiran ibu kembali. Aku tidak bisa berharap terlalu banyak, hanya dia yang bisa berusaha untuk bangkit kembali. Aku tau ayah terpukul ketika kehilangan pekerjaannya, kemudian nenekku tempat penopang hidup ayah dan kami karena dia punya pensiunan dari Mbah Kaji, dan ibu yang selalu memberikan semangat untuk bangkit. Kini semangat itu seperti hampir pudar karena tidak ada air yang kini kering tak berbekas.

SAAT KUINGAT KAU

21 Juni 1957 tepatnya, seorang bayi perempuan lahir. Itulah kelak aku akan terlahir juga darinya. 21 tahun kemudian dia menikah dengan seorang pemuda di kota Kendal.
Pernah kuingat kisahnya, dia selalu mengutarakan maksudnya. "Tin, kamu harus jadi orang, jangan seperti aku dan ayahmu. Kalian semua anakku, aku dulu malah memilih menikah padahal kakekmu ingin menyekolahkan aku di SPG (Sekolah Pendidikan Guru), aku sempat masuk sebentar lalu melarikan diri ke Semarang" tuturnya setiap kali kita bercengkerama bercanda gembira waktu itu. Kakekku dulu tinggal dengan istri mudanya di kota Pati, mereka baik padaku.
Yah, selama 48 tahun dia ada, ingatkan aku kembali. Dia sebenernya masih muda, yah tapi apa daya.Keadaan membuatnya jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Aku tidak pernah tau kenapa aku tidak pernah bisa membuatnya jauh lebih baik.Kutemui dia tiga bulan sebelum dia pergi jauh bertemu dengan - Nya. Tak ada sepatah katapun, aku sendiri tidak pernah tau, kenapa harus seperti itu. Tak seorang pun memberitahukanku saat dia pergi, hingga samar kulihat sekejap mata, dia menemuiku di Rumah Sakit Kariadi Semarang ketika aku sudah diperbolehkan untuk keluar setelah melahirkan anakku, Adel. Dia duduk di kursi tempatku berbaring. "Tadi kok aku seperti melihat ibu, ada apa dengan ibu."kutanya suamiku.
Tak ada jawaban. Hanya tatapan mata kemudian dia mengalihkan pembicaraan, entah apa waktu itu. Sabtu sore itu memang aku pulang, sebenarnya tujuanku ke Candi, tempat nenek tapi bude dan nenek masih di kendal, jadi tak seorangpun bisa kuminta tolong kecuali mertua, itu sebenarnya harapanku karena aku masih awam soal bayi.
Sabtu malam ketika anakku tidur, suamiku mengajakku ke ruang tidur kami, dia langsung memelukku, jangan bersedih sayang, mungkin ini takdir Tuhan. Ibu telah pergi untuk selamanya."
Aku tidak tau harus bagaimana, perasaanku bercampuraduk, setelah bahagia tak terkira aku memperoleh seorang bayi yang cantik, kini sedih sekali. walaupun Dia juga mengambil kembali anakku. Habis sudah kebahagiaan ini. Saat itu kupikir tak ada kebahagiaan lagi. Semuanya nenekku, ibuku, Adel anakku. Telah pergi.

Ibu, semoga kau bahagia bersama Tuhan dan anakku (Adel) serta nenek, Pakde, Mbah Kaji, dan Mbah Slamet. Mungkin kelak akupun akan menyusulmu. Kini aku berusaha memupuk asa dan semangat hidup karena Tuhan masih menginginkanku untuk tinggal menemani suamiku dan keluarga disini. Semoga aku bisa sangat berguna untuk mereka.Terimakasih ibu.