Senin, Mei 19, 2008

Capek aku dengan hidup

Ini hanya sebuah curhatan kecil. Kupikir tak semua orang mau membaca blogku atau webku. Tentu saja memang sengaja tidak kubuat terkenal biar aku bisa berbicara dan bercerita semauku tanpa seorangpun tersinggung.
Perjalanan hidupku membuatku sangat capek. Aku sedih sekali. Aku ini tidak berguna sama sekali. Aku tau aku tidak sanggup jika harus ikut menopang hidup ayah dan adik2ku di Kendal, keluarga suamiku di Tegalsari ataupun memenuhi keinginan2 nenek serta budeku yang selalu dengan cepatnya bikin keputusan untuk hutang sana sini untuk menambah modal padahal harga barang dari hari ke hari naik. Akibatnya modal tidak kembali, untung nyaris tidak ada. Bagaimana harus melunasi hutang itu. Aku sedih setiap kali aku berpikir bagaimana aku harus melunasi hutang2 budeku. Seumur hidup aku belum pernah terlilit hutang. Tapi kini aku harus melunasi hutang di pegadaian yang belum lunas juga dan aku yakin beberapa ratus ribu yang lain yang budeku pinjam dari badan lain. Ya Tuhan, semoga aku masih punya kekuatan menghadapi orang2 yang tidak sepaham denganku. Aku mungkin dulu masih sanggup, karena aku single dan pekerjaanku masih baik2 saja.
Sementara aku masih harus jajan dan jajan karena bude sering kali tidak masak. Aku bingung uang bulanan yang kuberikan separoh dibuat untuk bayar hutang,jadi kan tinggal sedikit, trus bagaimana buat hidup satu bulan. Aku memang berhutang budi banyak, dia yang mencuci bajuku dan memasak nasi dan lauk tiap hari karena aku tidak bisa capek2 karena kehamilanku yang sekarang benar2 riskan. Tapi aku bingung dengan sikap Budeku yang justru membuat hidup ini sepertinya tambah berat saja.
Sementara hari ini adikku yang kecil sms, intinya dia mau piknik minta uang.
Aku kadang gak enak dengan suamiku, keluargaku lah yang paling besar yang menuntut banyak dariku. Seandainya besok aku gak kerja yah terpaksa aku tidak bisa memberikan apa2. Jika Alloh mengijinkan aku harus kerja, itu karena suamiku pas2an.
Gimana mengatasi semua itu................................................
Sementara mertuaku malah buat sayembara, siapa yang mau mengkuliahkan adik iparku (adiknya masku yang terakhir), dia akan dapat separoh dari nilai rumah Tegalsari. Ah, aku tidak mau berurusan dengan harta warisan. Toh itu janji lesan, lagian jika aku menyekolahkan adiknya aku juga harus menyekolahkan adikku biar adil. Tapi tentu saja aku tidak sanggup, keuanganku tidak semulus perjalanan hidup adikku yang di Jakarta.

Ya...Alloh, tunjukkan aku jalanMu, agar aku tidak salah dalam bersikap. Agar aku tidak menambah dosa dalam hidupku yang membuatku berburuk sangka, agar aku bisa baik2 saja,agar aku tidak pernah nekat mengakhiri kehidupan ini. Tuhan, aku sedih jika seseorang menuntutku dalam bidang ekonomi, karena aku tidak sanggup menyangganya, darimana aku dapat. Apakah jika dua orang bekerja, mereka beranggapan bahwa aku lebih dari cukup? Kenapa sih, mengapa ? Aku sangat berat menanggung beban ini Tuhan. Kucari celah untuk memperoleh rejeki itu tapi sampai sekarang tak kutemukan. Tuhan..........aku harus bagaimana, pintu rejekimu seakan - akan tertutup untukku. Oh, Tuhan, anakku ini pun kelak membutuhkan rejekiMu. Tolong lindungilah dia, jadikanlah dia tidak terlantar dalam hidup ini.Amien

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Aq bisa merasakan betapa berat tanggungan mbak. Sabar ya mbak..kuatkan hatimu. Kita senasib mbak..aq juga seolah ga kuat lagi dengan beban hutangku. Tiap hari penagih2 datang. Memang utang wajib dibayar..tapi dengan apa. Jenuuuh aq mbak. Aq pengen curhat ke orang yang bisa memahami ini