March 1, 2008 by djunaedird
Pekan belakangan ini media banyak memuat berita soal Susu Formula untuk bayi yang terkontaminasi bakteri Enterobacter Sakazakii. Temuan ini berasal dari penelitian para dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setelah muncul berita ini Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, menuduh bahwa hasil penelitian itu ditengarai ada muatan-muatan tertentu. Besoknya lagi, pihak IPB bilang bahwa data yang diteliti adalah otentik adanya. Dan tadi malam, lewat Radio Eshinta saya mendengar bahwa hasil pertemuan antara pihak IPB, Ikatan Dokter Indonesia, BPOM, ada keterangan yang disampaikan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang intinya bilang bahwa penelitian itu dilakukan pada tahun 2003 (lima tahun yang lalu). Dan pada tahun itu tidak ada laporan adanya kematian bayi akibat bakteri tersebut. (Tidak jelas, apakah sinyal ini telah dilakukan pengecekan terhadap kematian bayi sejak atau sekitar tahun 2003). Dan produksi yang sekarang diyakini oleh BPOM tidak ada yang terindikasi bakteri tersebut.
Kesimpulannya, para ibu tidak usah kawatir bila membeli Susu Formula untuk bayinya. Kita sebagai konsumen nampaknya cuma bisa terbengong-bengong saja. Awalnya begitu heboh, akhirnya berakhir begitu saja. Betul-betul anti klimaks.
Yang kemudian yang muncul di media ceritanya sudah berbelok dari alur semula. Seperti yang diberitakan oleh Suryalive.com (dulu bernama Surya Online) misalnya yang berjudul: Mahasiswa IPB Minta Menkes Klarifikasi, 29/02/08, 19.03.25 - SuryaLive Bogor : Terkait pernyataan Menkes yang meragukan hasil riset peneliti IPB tentang penemuan bakteri “Enterobacter sakazakii” pada susu formula. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari segera meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataannya kepada seluruh civitas akademika IPB selambat-lambatnya 3 x 24 jam.
Tuntutan itu disampaikan Forum Mahasiswa Pascasarjana (Wacana) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB. Di Kampus Darmaga, Sekretaris Jenderal (Sesjen) Forum Wacana IPB, David Rizar Nugroho mengatakan, “Hari Kamis kemarin kemarin, Tuntutan kepada Menkes itu telah kami sampaikan juga kepada anggota DPR di Senayan Jakarta,” Jumat (29/2).
Dua jam kemudian, 21.41.40, muncul berita dengan judul:Keterangan Jubir IPB dan Artikel Penelitian Berbeda, SuryaLive Jakarta - Dr Sri Budiarti, sebagai juru bicara Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan, penelitian susu formula bayi dilakukan pada 2003, saat sesi jumpa pers yang digelar oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), di Jakarta, Jumat (29/2).Penelitian IPB dilakukan pada tahun 2003 dengan sampling susu yang beredar pada saat itu, kata Sri, “Jadi tentu saja produknya sekarang sudah tidak ada lagi.”
Dosen di Fakultas MIPA IPB ini menjelaskan, bahwa penelitian berjudul lengkap “Potensi Kejadian Meningitis Pada Neonatus Akibat Infeksi Enterobacter Sakazakki yang Diisolasi Dari Makanan dan Susu Bayi” itu pertama kali dilakukan atas biaya dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) …………
Dalam situs resmi IPB (http://www.ipb.ac.id/) terpampang berita tentang penelitian ini pada tanggal 15 Februari 2008, dan rupanya artikel inilah yang memantik keresahan masyarakat luas setelah berbagai media memberitakannya.
Berbeda dengan keterangan yang diberikan oleh Sri, di artikel itu disebutkan bahwa “Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan IPB mengungkapkan sebanyak 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi bakteri Enterobacter Sakazakii.”
Ini berarti keterangan Sri tidak sama dengan artikel di situs resmi IPB, terkait dengan waktu penelitian, Sri menyebut penelitian dilakukan tahun 2003 namun di artikel situs resmi disebut penelitian dilakukan pada tahun 2006. Begitu antara lain berita yang beredar kemarin.
WADUH, WADUH, LANTAS SEKARANG SIAPA YANG HARUS DIPERCAYA? PADAHAL INI SOAL NASIB PARA PARA BAYI DI INDONESIA, GENERASI MASA DATANG, CALON PENERUS BANGSA INI?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar