Rabu, Maret 26, 2008

SEBUAH PELAJARAN BERHARGA

Tanggal 18 Maret 2008, budeku mencarikan adikku pembantu rumah tangga. Soalnya dia berharap ketika bulan Mei nanti pas adikku melahirkan anak ke-2 nya, ada yang menjaga dan membantunya.
Laras, nama pembantu itu. Dia sudah bekerja di tetanggaku, dia meminta tolong budeku untuk dicarikan pekerjaan, akhirnya pas kebetulan dia menawarkan Laras untuk bekerja di adikku di Cikarang Bekasi. Laras bilang, dia kabur dari rumah majikannya yang dulu karena dia diperkosa beberapa kali oleh majikan laki-lakinya ketika majikan wanitanya kerja. Hal itu berlangsung sejak majikan laki-lakinya kecelakaan dan kakinya patah dan tidak bisa bekerja lagi.
Sempat dalam hatiku berkata "Bener gak itu?" .Masak sih kaki patah masih mampu berbuat memaksa begitu, bisa kan si Laras lari, kenapa harus nunggu setelah diperkosa berkali - kali. Sesuatu yang tidak masuk di akal.
Adikku bilang kalau dia perlunya bulan Mei saja, jadi dibawa ke Cikarang Mei saja. Akhirnya Budeku menawarkan ke rumah orang China di seberang, tapi ketika itu tetangga depan rumah minta ijin Budeku untuk memakai dia dulu untuk mengasuh anaknya yang masih bayi. Akhirnya Laras kerja sementara di rumah itu. Selang 1 minggu pas tanggal 18 Maret adikku telpon, agar Laras dibawa ke sana, soalnya dia butuh banget, kebetulan disana lagi terkena wabah penyakit sehingga orang rumah satu persatu bergantian sakit kalau tidak kena demam berdarah pasti kena Typhus.
Aku tidak bisa bilang apa-apa, dan tidak mau ikut campur masalah itu, semua Bude yang urus, kalau Dwi, adikku telpon kuberikan Bude, kalau Budi telpon soal Laras kuberikan Bude. Kupikir aku yang negatif thinking saat itu, dan aku berusaha untuk percaya semua baik-baik. Dalam hati kubilang, Tin kamu terlalu berprasangka buruk sama orang, waktu dia datang aja kamarku langsung kututup, sedangkan nenekku lebih parah lagi dia bentak-bentak Laras. Semua gak enak sama Laras. Dengan kereta bisnis karena yang ekonomi kebetulan tidak ada adikku laki-laki mengantar Laras ke Cikarang.
Adikku sempet tanya sama aku, kujawab apa adanya sesuai dengan cerita Budeku.
Anaknya memang rajin bekerja, tapi beberapa hari kemudian Bu Suwono, ibu pacarnya yang di Semarang datang ke rumah Bude, dia bilang Laras kenapa tidak menghubungi dia, omnya dan keluarganya mencari dia. Katanya Laras tidak memberitahu kalau mau bekerja ke Cikarang. Akhirnya kita percaya saja, aku tadinya sempet curiga karena dia minta nomor telpon adikku. Aku takut kalau nomornya disalahgunakan.
Agar betah di tempat yang baru, Dwi membelikan Laras segala yang dibutuhkan, Lemari baru, Spring Bed baru dan baju baru serta yang lainnya yang dibutuhkannya.
Laras sempet bilang ke adik saya, katanya dia sudah meninggalkan segala sesuatu di Semarang, dia mau bener-bener bekerja dan sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan Luky, pacarnya yang di Semarang.
Beberapa hari kemudian, adikku menelpon lagi. Dengan perasaan kesal dia bilang kalau Luky pacarnya Laras sudah disana dan mengajak Laras untuk pulang ke Semarang. Saya sebagai kakaknya bener - bener tidak terima dengan perbuatan Luky dan ibunya.
Kami pikir selain membantu Laras lari memperoleh pekerjaan yang baik dan punya kesempatan untuk bisa mencari sambilan di Jakarta, juga membantu kehidupan adik saya di Jakarta ternyata begini jadinya.
Dan ternyata Laras mau untuk diajak pulang oleh Luky.
Sedangkan ibu Suwono pagi itu datang ke Bude saya dan dia minta agar Luky dan Laras boleh pulang dulu nanti uangnya biar dicarikan dulu. "Soalnya Luky harus kerja agar bisa setoran dengan bosnya, kalau tidak bekerja Saya rugi." kata ibu Suwono. Luky bekerja sebagai pengamen, mungkin bosnya adalah ibunya sendiri.
"Maaf Bu, itu resiko ibu dan Luky, kalian yang membuat masalah ini ada, kalau tidak ada jadi silahkan mencari ganti ruginya baru nanti Dwi majikan Laras saya hubungi agar Laras bisa pulang."
Dan lebih menyakitkan lagi, ibu Suwono bilang kalau Omnya Laras, Bp. Juaedi mengatakan Laras dijual Bude saya ke germo di Jakarta, dan kata Dwi, Luky bilang kalau Bude minta uang makelaran jasa pembantu dari tetangga depan rumah. Padahal itu diminta Luky, Bude saya hanya perantaranya.
Akhirnya kami menghubungi Bp. Juaedi, dan ternyata yang memberikan pernyataan itu adalah ibu Suwono sendiri bukan Bp. Juaedi. Sedangkan Bp. Juaedi mengatakan, bahwa semua itu terserah Laras untuk memilih bekerja di Jakarta atau tidak.
Siangnya, Ibu Suwono datang lagi dengan membawa uang ganti rugi yang cuma Rp. 400.000,- padahal yang diminta Rp. 600.000,- . Akhirnya karena sudah saking sebelnya, Dwi menyetujui untuk menerima uang itu.
Sedangkan Bude sudah berusaha melaporkan kasus ini ke Ketua RT setempat, selain Laras dan keluarga Luky mencemarkan nama baik Bude, Laras juga bukan orang setempat dan bukan keluarga Luky yang sekarang tinggal di rumah Luky. Sampai sekarang masalah ini masih menggantung, dan Ketua RT belum mempertemukan kami sama sekali untuk menyelesaikan masalah ini.
Semoga kasus kami menjadi pelajaran berharga bagi para pembaca dan semoga yang bersangkutan menyadari kesalahannya dan minta maaf kepada kami.

Tidak ada komentar: