Senin, Maret 17, 2008

SAKSI UNTUK CERITA NENEK


Aku cuma bisa diam, mungkin Bude sudah tidak sabar menghadapi nenek dengan segala omongan2nya yang tidak bisa dibendung, selalu pecah dan menimbulkan emosi orang yang mendengarnya. Bude bilang,"Nanti kalo nenek sudah gak ada......" begitu seterusnya, dia mengutarakan niatnya hendak mengubah rumah warisan di Candi.

Aku cuma bisa diam, kalau ngomong nanti malah salah. AKu kadang berpikir, berdoa macam apa seperti itu. Dari dulu hingga sekarang pun setiap keluargaku kudoakan panjang umur. Bude akan merasa kehilangan jika itu benar terjadi, aku tidak mau kehilangan lagi (seandainya bisa kumemohon).

Aku tidak bisa menyalahkan nenek kalau meracau seperti itu. Tiap hari dia menceritakan tentang warisan rumah, dia sempet bilang andai saja dulu Ghani(adiknya nenek) tak kutawari rumah ini, ini punyaku, semua orang sudah diberi jatah masing2, sekarang aku masuk saja gak bisa ke rumah yang satu, padahal itu dulu punyaku.

Dari omongan2nya itu, cucunya disuruhnya merebut hak warisan itu yang sebenarnya atasnama nenek.

Aduh nek, aku mana tau, seandainya dulu nenek tidak buta huruf, dan tidak begitu mudah memberi kebaikan hati kepada orang yang salah, tidak akan begini jadinya, soalnya semuanya tidak ada yang tahu, siapa yang salah dan siapa yang bener.

Tapi hatiku mengatakan nenek bener, tapi tak seorangpun dari keluarganya di masa lampau yang mau mendukungnya, sedangkan aku sendiri tak tau menahu, sementara bukti tertulisnya waktu itu diambil mbah Ghani Alm. dan dilenyapkan (entah isinya apa). Bilangnya hilang. Apakah dia tenang di akhirat?

Sekarang tidak ada yang kuasa atas hukum dunia, tapi semoga Alloh menerapkan hukum dunia (kharma) dan hukum akhirat yang adil untuk semua ini. Atas kehendak Alloh. Amien.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nenekku dulu juga aneh gitu kok miss..toh waktu beliau meninggal juga aq kehilangan ik..walopun pas hidup suka kehilangan gitu..:)